Pengalaman emas seorang pengelana bukanlah menemukan daerah-daerah baru untuk dijelajahi, melainkan perspektif baru untuk melihat dunia. Inilah yang menjadi bekal untuk membuat kehidupan lebih bermakna.

Buku 35 Destinations, Travel Bucket List: Bingkai Perjalanan dalam Foto dan Cerita yang dikeluarkan Penerbit Buku Kompas merangkum cerita-cerita perjalanan itu. Buku ini merupakan kumpulan artikel pelesir pilihan dari Kompas Klass, salah satu segmen dari harian Kompas.

 

Menyajikan foto-foto unik perjalanan dilengkapi dengan kisah menarik, Pelesir menjadi tema konten yang atraktif dan diminati pembaca Kompas Klass. Para penulis dan pemotret yang datang dari beragam latar belakang membuat artikel-artikel pelesir kaya akan warna. Dalam buku 35 Destinations, Travel Bucket List: Bingkai Perjalanan dalam Foto dan Cerita, kisah-kisah yang sudah dikurasi dilengkapi lagi dengan data tambahan, seperti cara menuju ke destinasi, kuliner ikonik, dan rekomendasi penginapan.

”Kami berharap yang bisa kami bagikan akan lebih dari sekadar informasi tetang destinasi-destinasi wisatanya. Ada hal berbeda, seperti kisah perjalanan yang personal, yang bisa ditemukan pembaca,” ujar Managing Editor and Project Manager Kompas Klass Valent Hartadi pada peluncuran buku di Gramedia Grand Indonesia, Selasa (28/2).

Di dalam buku ini, destinasi-destinasi di Nusantara dan mancanegara itu dibagi ke dalam kategori budaya, sejarah, alam, bawah laut, dan gaya hidup. Beberapa tempat barangkali bukan sasaran utama banyak orang untuk berwisata. Namun, justru di situlah keasyikannya. Tempat-tempat semacam inilah yang menawarkan banyak cerita lain yang mungkin belum pernah kita dengar.

Dalam peluncuran buku, Abiprayadi Riyanto, salah satu kontributor, berkisah tentang perjalanannya ke Tromso, Norwegia Utara. Ia dan beberapa kawannya berburu aurora borealis. ”Saya membuat rencana menghabiskan 9 hari di sana. Saya juga mengunduh aplikasi Aurora Forecast dan mendapat aurora yang bagus justru pada hari-hari terakhir saya di Tromso,” kata Abi.

Penulis perjalanan dan peselancar, Gemala Hanafiah, juga punya pengalaman berharga ketika mengunjungi Nembrala, desa kecil di bagian selatan Pulau Rote. Saat musim kering, ombaknya menjadi surga bagi peselancar. Gemala, yang kerap disapa Al, bersenang-senang di Nembrala.

Namun, pada jadwal kepulangannya, terjadi badai sehingga Al harus tinggal lebih lama di Nembrala. Ia kehabisan uang. ”Saya bingung dan memutuskan refreshing dengan berselancar lagi. Saat itulah saya bertemu peselancar lokal yang mengizinkan saya menumpang di surf camp-nya dengan berutang,” kata Al. Begitu sampai di Kupang, lanjutnya, ia baru bisa mentransfer uang kepada pemilik kamp selancar itu.

Kisah-kisah dalam buku ini membuka mata kita lebih lebar bahwa ada banyak sekali titik di Bumi yang menggugah untuk dijelajahi. Untuk kita masukkan ke dalam bucket list perjalanan berikutnya. [NOV]