Bincang Buku Diplomasi Empat Benua bersama Drs. Andradjati, M.IIP berlangsung pada 17 Juli 2021. Durasi 120 menit rupanya belum cukup untuk menjawab pertanyaan yang masuk dari partisipan.
Melalui unggahan ini, pertanyaan tersebut dijawab:
Pertanyaan (P): Apakah kemampuan bahasa asing yang menjadi dasar untuk menjadi diplomat?
Jawaban (J): Kemampuan bahasa asing sangat penting, terutama menguasai /fasih salah satu atau lebih dari 6 bahasa PBB (Inggris, Perancis, Spanyol, Cina, Rusia, dan Arab). Seorang diplomat juga harus memiliki kemampuan dasar menyampaikan informasi dan melakukan komunikasi secara dengan mitra kerja di negara tempat dia bertugas.
P: Negara mana yang memiliki kesan sangat berarti bagi Pak Andradjati?
J: Negara yang sangat berarti bagi saya adalah Kanada karena merupakan negara pertama saya ditugaskan sebagai diplomat.
P: Apa saja tugas bapak sebagai seorang diplomat?
J: Lima tugas pokok sebagai diplomat (sesuai Vienna Convention 1961) tentang Hubungan Diplomatik: representing (mewakili Indonesia), protecting (melindungi kepentingan Indonesia, termasuk melindungi WNI di negara tempat bertugas/negara akreditasi), negotiating (negosiasi), promoting (mempromosikan Indonesia), dan reporting (menyampaikan laporan) ke Pusat (Kementerian Luar Negeri)
P: Perlu berapa lama bapak menulis buku ini dan apakah merasa kesulitan ketika menulisnya?
J: Saya menulis buku ini lebih kurang 1 (satu) tahun, sejak awal pandemi COVID-19. Kesulitanya, sebenarnya bukan kesulitan. Melainkan adanya keharusan untuk membongkar catatan selama berkarier di Kementerian Luar Negeri.
P: Bapak pernah menjadi dubes 8 negara, apakah setiap tahun bapak berpindah-pindah ke 8 negara tersebut?
J: Sebagai Dubes di 9 negara (Senegal + 8 negara rangkapan), saya menyusun program kerja/rencana kegiatan. Selama lebih kurang 4 (empat) tahun bertugas, saya sudah punya jadwal berkunjung ke 8 negara rangkapan sesuai rencana kegiatan.
P: Mana yang paling berkesan bagi hidup bapak, bekerja di Kementerian atau sebagai diplomat?
J: Perlu saya jelaskan bahwa bekerja di Kementerian Luar Negeri mempunyai 2 (dua) status, yakni sebagai Aparatur Sipil Negara/ASN (dahulu Pegawai Negeri Sipil/PNS) dan sebagai diplomat. Kementerian Luar Negeri mempunyai tugas pokok melakukan hubungan dan politik luar negeri Indonesia yang pelaksanaannya dilakukan oleh para diplomat Indonesia yg bertugas pada Perwakilan RI di luar negeri.
P: Nilai-nilai apa saja yang bapak dapat ketika menjadi seorang diplomat?
J: Saya banyak belajar mengenai nilai-nilai kehidupan, termasuk kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya di negara-negara tempat saya bertugas.
P: Apakah memungkinkan menjadi diplomat apabila mengambil S2 Hukum Laut atau Hubungan Internasional?
J: Sangat mungkin, Hukum Laut dan Hubungan Internasional merupakan isu-isu yang terus berkembang dan makin kompleks, termasuk isu batas laut/maritim antara Indonesia dengan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara. Ikuti terus perkembangan Hukum Laut dan Hubungan Internasional dengan membaca laporan tahunan Menteri Luar Negeri RI.
P: Bagaimana tehnik diplomasi yang dijalankan, ketika antar negara kita dengan negara tempat bertugas (diplomat) sedang mengalami krisis diplomasi?
J: Perlu saya jelaskan bahwa tidak ada krisis diplomasi karena hubungan antara Indonesia dengan negara-negara akreditasi (negara tempat seorang diplomat ditugaskan) sangat baik sehingga diplomasi dapat dilaksanakan dengan lancar.
P: Siapa sajakah yang bisa menjadi diplomat? Apakah hanya bisa oleh mahasiswa lulusan Hubungan Internasional?
J: Untuk menjadi diplomat terbuka bagi berbagai program studi, tidak hanya mahasiswa hubungan internasional. Sarajana Hukum; Sarajana Ekonomi; Sarjana Sastra, terlebih sastra bahasa asing; Sarjana Psikologi, Sarjana Komunikasi, dan banyak lagi program studi yg terbuka untuk menjadi diplomat.
P: Bapak menjadi diplomat pada masa kepemimpinan Presiden Indonesia siapa saja?
J: Saya menjadi diplomat sejak masa Presiden Soeharto hingga Presiden Joko Widodo.
P: Pak Andradjati, di antara berbagai tugas yg telah diemban, pengalaman apa yg paling membekas dan memicu adrenalin bapak untuk terus maju dalam karir diplomasi?
J: Pengalaman yang paling memacu adrenalin saya adalah ketika ikut melakukan perundingan mengenai berbagai isu bersama rekan-rekan diplomat dari negara-negara lain. Misalnya perundingan di Kelompok Kerja yang merumuskan dokumen/rancangan resolusi. Kata kunci untuk sukses menjadi diplomat adalah firm (tegas dalam bersikap) dan fleksibel (luwes dalam berkomunikasi).
P: Bagaimana cara beradaptasi dengan cepat di negara-negara tempat bapak pernah bertugas?
J: Cara beradaptasi yg cepat adalah melakukan persiapan secara baik, mencari informasi tentang kondisi negara yang akan menjadi tempat tugas.
P: Apa pencapaian/prestasi terbesar yg pernah Bapak raih dan yang paling berkesan?
J: Pencapaian terbesar yakni pembebasan TKW Indonesia di Singapura dari hukuman mati dan pemulangan WNI yg bekerja sebagai anak buah kapal penangkap ikan Taiwan yg ditelantarkan oleh kapten kapal di tengah laut Pantai Gading.
P: Terkait isu perubahan iklim/pemanasan global dan keanekaragaman hayati sampai sejauhmana peran diplomasi dari Diplomasi Empat Benua?
J: Upaya untuk menjalin kerjasama guna mengatasi isu perubahan iklim/pemanasan global dan keanekaragaman hayati merupakan bagian dari diplomasi oleh Perwakilan RI di luar negeri, termasuk di empat benua yang saya pernah bertugas. Ajakan untuk bekerjasama dengan Kanada, Austria, Belgia serta negara-negara di benua Afrika senantiasa dibicarakan. Benua Afrika merupakan kawasan yang sangat terkena dampak negatif dari perubahan iklim dan pemanasan global, terutama di bidang pertanian. Indonesia melalui program kerjasama teknik menawarkan pelatihan di bidang pertanian untuk mengatasi dampak perubahan iklim/pemanasan global.
P: Apakah ada tantangan yang berbeda-beda di masing-masing benua tempat Bapak bertugas?
J: Tantangan yang berbeda adalah cara pendekatan dalam berdiplomasi. Berdiplomasi dengan orang-orang di benua Amerika dan Eropa berbeda dengan orang-orang di benua Afrika.
P: Cerita/pengalaman apa yg menjadi buah pikiran awal kali menulis buku ini?
J: Yang menginsipirasi saya untuk menulis buku Diplomasi 4 Benua, adalah pengalaman praktek berdiplomasi yang berbeda antara satu negara/benua dengan negara/benua lain, khususnya benua Afrika yg karakter orangnya berbeda dengan di 3 (tiga) benua lainnya. Jadi saya merasa perlu untuk ditulis supaya tidak hilang dan bisa bermanfaat bagi yang membaca.
P: Bagaimana tips and trik dalam melakukan perundingan terutama saat terjadi deadlock?
J: Tips and trik untuk menghadapi situasi deadlock dalam suatu perundingan adalah dengan melakukan pertemuan informal. Misalnya dengan minum kopi atau makan siang berdua atau bertiga dgn wakil negara yg berbeda pandangan/posisi dgn kita. Saya sering mengalami deadlock dalam perundingan pd tingkat kelompok kerja.
P: Seperti ucapan bapak, banyak ulama dari Indonesia yg diasingkan dan tinggal di Afrika Selatan. Lalu apakah ada upaya yang dilakukan pihak diplomat Indonesia untuk mengenalkan jasa ulama-ulama itu kepada masyarakat luar khususnya Indonesia sendiri ?
J: Peran dan jasa para ulama Indonesia di Afrika Selatan sudah dikenal oleh orang Afrika Selatan. Justru pengenalan kepada masyarakat di Indonesia yg masih kurang karena Indonesia tidak punya hubungan dengan Afrika Selatan ketika masa Apartheid. Oleh karena itu, saya selalu siap ketika diminta untuk berbicara tentang perjuangan para ulama Indonesia yang diasingkan oleh Belanda ke Afrika Selatan.
P: Presiden Jokowi menghendaki setiap Dubes Indonesia menjadi garda depan bagi pemasaran produk-produk Indonesia di tiap negara para Dubes bertugas untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. Sejauh manakah memang para Dubes telah diberi kewenangan oleh pemerintah untuk melakukan negosiasi ekonomi serta apakah hal ini telah menjadi KPI para Dubes?
J: Betul bahwa setiap Dubes harus menjadi marketer untuk produk ekspor Indonesia. Peran Dubes mendampingi para pengusaha/ eksportir yg melakukan negosiasi dengan mitra bisnisnya di luar negeri. Memang ada target peningkatan ekspor yg harus dicapai oleh para Dubes. Tentunya dalam pencapaian target diperlukan sinergi yang baik dengan pengusaha eksportir Indonesia.
P: Tantangan ke depan apa saja yang Bapak prediksi perlu diantisipasi para Dubes dan diplomat untuk 50 tahun ke depan? Serta pembaruan apa saja yang perlu pemerintah lakukan agar para Dubes dan diplomat makin berperan stratejik bagi kemajuan Indonesia?
J: Tantangan ke depan yg perlu diantisipasi adalah produk ekspor Indonesia harus mampu bersaing dengan produk-produk yang sama dari negara-negara lain, baik dalam harga, kuaalitas dan sebagainya. Untuk dapat melakukan peranan strategik bagi kemajuan Indonesia, para diplomat/Dubes harus mampu menganalisa situasi pasar dan aktif melakukan promosi di negara tempat tugasnya.
P: Bagaimana peran diplomat dan pengalaman Bapak dalam hal lobbying penjualan produk pertahanan seperti senjata di negara-negara yg sedang rawan terjadi konflik.
J: Peran diplomat dalam hal penjualan produk pertahanan adalah sebagai pembuka jalan, melakukan komunikasi sekaligus promosi dengan instansi pemerintah yang berkepentingan, dalam hal ini dengan Kementerian Pertahanan negara setempat.
P: Mengapa tak banyak Dubes kita yang membuat buku? Bukankah pengalaman dan hasil kerjanya bisa menjadi pembelajaran buat calon diplomat dan orang muda?
J: Betul bahwa pengalaman bekerja/berkarier sebagai diplomat bisa menjadi bahan pembelajaran bagi diplomat muda dan calon diplomat atau bagi mereka yang mempunyai minat di bidang diplomasi dan hubungan internasional. Namun, tidak banyak diplomat/Dubes yang bisa atau suka menulis buku.
P: Sempat dikatakan laporan ke Jakarta harus disampaikan sesingkat mungkin. Mengapa demikian? Bukankah laporan yang lengkap dapat membantu pemetaan secara tepat posisi Indonesia?
J: Laporan ke pusat/pimpinan Kemlu harus singkat langsung pada inti permasalahan. Sebagai diplomat yang bertugas pada Perwakilan RI di luar negeri harus memaklumi bahwa pimpinan Kemlu harus membaca laporan dari seluruh Perwakilan RI di luar negeri yg jumlahnya lebih dari 130 kantor perwakilan. Bisa dibayangkan kalau laporan ditulis secara Panjang sudah pasti tidak dibaca karena masih banyak urusan lain yang harus dikerjakan oleh pimpinan Kemlu. Pimpinan Kemlu bisa meminta secara khusus kepada perwakilan, jika dipandang perlu, penjelasan dari laporan yg disampaikan.
P: apa rahasia Bapak agar tetap konsisten menjadi Diplomat yang berhasil untuk kami para anak Muda?
J: Saya konsisten menjadi diplomat karena memang sudah menjadi kecintaan saya pada bidang tugas diplomasi sehingga saya menekuninya. Saya tidak mengklaim bahwa saya berhasil sebagai diplomat, saya hanya bersyukur bahwa saya bisa sampai pada puncak karier sebagai diplomat. Rahasianya adalah kita bekerja secara baik, konsisten, berpedoman pada arahan dari pusat (Kemlu), berdedikasi tinggi, dan memiliki integritas.
P: Informasi yang kita dapatkan tentang wilayah kawasan Afrika adalah kawasan yang rentan konflik. Berdasarkan pengalaman Bapak di sana informasi positif apa yang bisa dibagikan kepada publik Indonesia secara umum?
J: Betul bahwa wilayah Afrika rentan konflik. Informasi positif tentang Afrika yang dapat saya sampaikan adalah bahwa konflik yang terjadi di beberapa negara di wilayah Afrika tidak mempengaruhi hubungan dengan negara lain. Bahkan terbuka peluang kerjasama, khususnya di bidang ekonomi, termasuk perdagangan. Wilayah Afrika memiliki potensi sumber daya alam untuk bahan baku industri. Sebagian besar kebutuhan bahan pokok untuk masyarakatnya didapat dari impor. Artinya, terdapat peluang bagi produk ekspor Indonesia untuk masuk ke pasar Afrika. Memang tidak mudah karena terdapat pesaing dari negara-negara lain. Tantangannya adalah produk ekspor Indonesia harus mampu bersaing di pasar Afrika.
P: Bagaimana pendekatan Bapak ketika melakukan diplomasi di benua Afrika khususnya di daerah konflik?
J: Pendekatan yang saya lakukan dlm berdiplomasi di benua Afrika, khususnya di daerah konflik adalah sama dengan di daerah yg tidak ada konflik. Prinsipnya saya tidak mencampuri urusan dalam negeri negera yg sedang ada konflik. Saya focus pada membangun hubungan dan Kerjasama ekonomi supaya lebih banyak lagi produk ekspor Indonesia yang dapat memasuki pasar negara tempat tugas saya.
P: Apakah pekerjaan diplomat juga kadang berhubungan dengan intelijen?
J: Tidak boleh (sesuai Konvensi Wina 1961). Tetapi diplomat perlu mempunyai teman dekat di negara tempat kita bertugas untuk memperoleh informasi secara discreet tentang perkembangan yang terjadi di negara setempat. Tentunya, kegiatan “intelejen” (dalam tanda petik) karena bukan merupakan tupoksi/di luar dari 5 fungsi diplomat yg diatur oleh Konvensi Wina 1961. Kalau diplomat diketahui oleh negara tempat dia bertugas bahwa dia melakukan kegiatan intelejen, sanksinya ybs diusir/diminta dipulangkan.
P: Apakah sebagai diplomat harus menguasai semua mengenai sejarah, geografi, geopolitik, bahasa, kultur, suatu negara dimana diplomat ditempatkan?
J: Jika bisa menguasai tentu sangat baik, tapi paling diplomat harus mengetahui sejarah dan ipoleksosbud serta hankam negara tempat bertugas. Akan sangat disenangi oleh masyarakat setempat kalu kita bisa berbahasa lokal negara tempat kita bertugas.
P: Di beberapa film, digambarkan kehadiran safe house bagi agen negara asal. Misalnya AS dengan CIA, FBI. Apakah ada hal serupa dari Indonesia pak?
J: Untuk Indonesia, safe house bagi WNI jika dalam situasi bahaya adalah Kantor Perwakilan RI (Kedutaan Besar RI dan Konsulat Jenderal/Konsulat RI) Wisma Duta/Wisma Kepala Perwakilan RI. Di dalam area Kantor dan Wisma Perwakilan RI mempunyai imunitas/kekebalan diplomatil yg tidak boleh orang asing masuk tanpa izin, termasuk apparat keamanan negara setempat.
P: Bagaimana peran kebudayaan kita dengan pola diplomasi di barat, khususnya dengan negara barat, yang pola komunikasi beda dengan kita?
J: Kebudayaan dapat digunakan sebagai kekuatan berdiplomasi di mana pun, termasuk di barat. Ada yang disebut cultural diplomacy atau diplomasi kebudayaan. Maksudnya adalah diplomat Indonesia dapat menggunakan kekayaan budaya yg kita miliki sebagai amunisi untuk melakukan diplomasi, karena melalui budaya kita dapat mempererat people-to-people contact, kita dapat melakukan pertukaran misi kebudayaan sehingga akhirnya dapat mempererat hubungan antara kedua bangsa dan kedua negara.
P: Bagaimana diplomat di zaman bapak berkoordinasi dengan mahasiswa Indonesia yang melajutkan kuliah disana, adakah pertemuan rutin?
J: Sejak saya menjadi diplomat muda/junior saya sering mendampingi Dubes saya mengunjungi mahasiswa Indonesia di negara tempat saya bertugas. Belajar dari pengalaman baik itu, saya melanjutkan kebiasaan mengujungi mahasiswa Indonesia di negara-negara tempat saya bertugas. Tentunya tidak di 14 negara yang saya bertugas ada mahasiswa Indonesia. Tapi sebagai pelaksanaan amanat Konsitusi, saya rutin mengujungi WNI yang bekerja di negara-negara tempat saya bertugas. Hal penting untuk memastikan bahwa kondisi mereka baik dan jika ada masalah diberikan bantuan untuk menyelesaikannya.
P: Apakah ada Misionaris yg pernah dibukukan kisahnya? Dan apakah di negara-negara Afrika selalu mengalami peningkatan dalam hal baca tulis karena ada peran Misionaris yang terjun langsung ke negara Gabon dan Nigeria?
J: Saya bertemu dengan Misionaris dari Indonesia, mereka berempat, programnya mengajar bahasa Inggris di negara Guinea-Bissau dan Republik Demokratik Kongo (Kongo Kinshasa). Mereka tinggal di rumah penduduk yang jauh dari kota bahkan tidak ada listrik, apalagi koneksi internet, tempat MCK nya pun yg sangat sederhana. Tetapi mereka semangat melaksanakan tugasnya. Mengenai tingkat literasi di sejumlah besar negara di Afrika masih rendah, bahkan di antara anggota parlemen masih ada yg buta huruf, umumnya Wanita. Mereka diangkat/ada juga yg dipilih sebagai anggota parlemen untuk memenuhi jumlah kuota gender wanita di parlemen.