Erikar Menjawab Ngobrol #22

Erikar Lebang berbagi kisah proses penulisan kreatifnya pada Ngobrol edisi #22 yang diadakan pada Kamis, 12 Agustus 2021. Namun, karena keterbatasan waktu, Erikar pun menjawab pertanyaan yang belum dibahas melalui tulisan berikut.

Pertanyaan (T): Apa yang menjadi motivasi utama Mas Erikar untuk menulis buku dan bagaimana menjaga motivasi itu? Saya setuju setiap orang bisa jadi penulis dan banyak hal yang bisa dijadikan tulisan. Apa yang membuat Mas Erikar percaya bahwa tulisan Mas akan berguna?

Jawaban (J): Motivasi dalam konteks upaya mengedukasi hidup sehat. Jadi menulis buku adalah salah manifestasi dari upaya tersebut. Lagipula menulis buku memenuhi obsesi saya sebagai pecinta buku, yakni untuk punya buku karangan sendiri. Obsesi normal untuk kalangan yang seperti saya begini.

Untuk bisa tahu apakah tulisan kita berguna atau tidak, jelas dimulai dengan memahami secara mendasar serta kemudian menguasai sangat materi apapun yang kita tulis. Lalu koneksikan dengan pangsa pasar yang bisa menjadi target pembaca tulisan atau bahkan pembeli buku kita. Cari jalur publikasi dan pemasaran yang tepat untuk mereka. Semisal buku saya, jelas cocok kalau dipasarkan di kalangan ibu-ibu arisan. Tapi kalau mas menulis tentang tren otomotif, menjadikan ibu-ibu arisan sebagai target pasar dan cara memasarkan, rasanya kurang tepat.

T: Bagaimana cara mengubah perilaku manusia dari yg hidup tidak sehat menjadi hidup sehat?

J: Dalam urusan kesehatan, saya percaya untuk selalu mengindari upaya agresif, seperti mengubah. Saya lebih tertarik mengedukasi dan mencontohkan. Lakukan secara ikhlas. Jadi perkara didengar, diikuti atau diacuhkan hingga bahkan dihina sekalipun, Anda tidak akan terpengaruh secara signifikan. Biasa saja. Isunya adalah mengedukasi. Tidak ada orang yang bisa diedukasi, kalau dirinya sendiri tidak ada keinginan mengikuti.

T: Adagium ‘lebih baik mencegah daripada mengobati’ harus terus dijaga, semisal di masa pandemi COVID-19 seperti ini. Sebab, kesehatan itu mahal harganya. Oleh karena itu, menjaga kesehatan sama saja dengan berinvestasi. Walaupun tak menghasilkan keuntungan material, dampaknya jauh lebih berharga daripada materi karena menyangkut kesehatan diri, bahkan juga orang lain. Menyikapi hal tersebut, langkah preventif apa saja menurut harus dilakukan?

J: Jelas dengan menjaga gaya hidup sehari-hari. Di mana soko gurunya adalah menjaga apa yang kita makan dan minum. Komunitas yang saya kelola, pelaku Food Combining misalnya, sudah banyak merasakan manfaat disiplin yang kita pupuk selama ini, terutama di era pandemi seperti sekarang.

T: Bagaimana tips mengangkat tema kesehatan sesuai kondisi kekinian secara berkaitan (berkesinambungan) dengan gaya tulis kita biasanya ya?

J: Saya beruntung lahir di era saat media sosial bisa menjadi corong pengeras suara dari apa yang saya edukasikan. Saya yang bukan siapa-siapa, selama yang disampaikan rasional dan memberikan hasil signifikan untuk mengubah kesehatan ternyata bisa mendapatkan reaksi penerimaan yang luar biasa dari publik. Kebetulan juga sebagai generasi muda yang (mengaku) kekinian, gaya tulis serta gaya bahasa yang saya pergunakan juga bisa memudahkan proses penerimaan tersebut.

T: Istri saya terkena kanker usus dan dioperasi bulan september 2019. Lalu, berlanjut 8 kali kemotrapi hingga dilanjutkan radiotrapi 12 kali di Rumah Sakit Daerah di Jogja. Kini, secara kontinyu mengonsumsi obat dan kami sudah kembali ke Kalimantan Utara. Akan tetapi, istri saya takut minum obat terus. Bagaimana caranya agar bisa tidak konsumsi obat dan menggantinya dengan pola hidup sehat?

J: Kanker usus relatif mudah, hanya saja menjalankannya yang susah. Mengubah total pola makan, membuang kebiasaan buruk, dan mengadopsi kebiasaan baik. Menjauhi asupan makanan penyebab kanker dan mengkonsumsi makanan yang menyehatkan dan tentunya yang menyulitkan sel kanker hidup. Mudah diutarakan, sulit dilakukan bila komitmen rendah. Pola makan Food Combining (bila benar dilakukan) bisa menjadi acuan.

T: Apakah orang yang selama ini salah menerapkan mengonsumsi makan sehat, setelah tahu cara makan sehat, tetap bisa mewujudkan hidup yang 100% sehat? Atau sudah tidak bisa maksimal mewujudkan hidup sehat?

J: Tidak seperti didikan atau yang dipercayai dunia kesehatan sosial konvensional umumnya, kemampuan tubuh manusia mengembalikan kondisi normal atau menyembuhkan dirinya sendiri itu luar biasa mengagumkan. Tanpa harus melalui banyak fase pengobatan, operasi atau tindakan invasif lainnya sekalipun. Selama hidup sehatnya, dilakukan dengan konsisten dan penuh komitmen.

T: Jika sudah divonis sebagai penyandang IBS (Irresistible Bowel Syndrome), sering salah makan membuat mulas terus tanpa diketahui apa penyebabnya.  Meski sudah melakukan endoskopi hampir 3 tahun sekali, hasilnya tetap tidak ditemukan apa-apa. Kira-kira, sumber makanan apa yang biasanya memicu kehadiran IBS?  Dokter hanya menyarankan untuk menghindari makanan pedas, asam, dan mengandung santan. Lagi-lagi hasilnya sama: tidak ada perubahan.

J: Irresistible Bowel Syndrome mutlak adalah manifestasi salah makan menahun. Sederhana? Jelas! Kenapa jadi rumit? Karena dunia kesehatan konvensional itu sangat minim pengetahuan cara makan yang benar. Seni makan sehat adalah sisi keilmuan yang patut diberi nilai merah dalam dunia kesehatan yang kita kenal selama ini. Makanya kondisi seperti Anda dengan mudah dicap “tidak ditemukan apa-apa”, karena memang pemahaman seni makan sehat ahli kesehatan rujukan Anda sangat minim.

Apa penyebabnya? Bisa banyak sekali. Mulai dari rutinitas makan makanan yang tidak sesuai kerja sistem cerna, semisal protein hewani, produk tepung-tepungan, proceed food, makanan pabrikan dan sejenisnya. Hingga ke kebiasaan minum beragam substansi yang juga merusak sistem cerna, susu, teh, dan kopi semisal. Isunya mampu atau tidak seseorang yang bermasalah kesehatan mengenyahkan kebiasaan buruknya, yang umumnya telah dilakukan menahun, dengan kebiasaan baru yang bertolak belakang dan lebih baik? Kalau mampu, baru bisa terjadi perbaikan secara signifikan yang mengarah pada hidup sehat berkualitas.


Buku-buku Erikar Lebang sudah bisa didapatkan di kanal resmi Harian Kompas. Temukan pola makan hidup sehat yang tidak sekadar mitos.