Mungkin tidak banyak dari kita yang tahu bahwa pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) secara fisik dari suatu tempat ke tempat lain merupakan hal biasa yang dapat dilakukan oleh pemerintah suatu negara dengan alasan-alasan tertentu.
Jakarta sebagai ibu kota negara semakin lama seperti bom waktu. Tidak hanya kewalahan menanggapi berbagai isu bencana dan lingkungan, tetapi juga belum siap menghadapi lonjakan bonus demografi di depan mata. Akibatnya, tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran, serta rendahnya kualitas hidup mayoritas warga Jakarta menjadi tak terelakkan. Pemindahan ibu kota pun dianggap sebagai bentuk kepasrahan dalam memperbaiki Jakarta. Hal ini diperburuk dengan momentum pandemi Covid-19 yang kurang tepat untuk mengeksekusi hajatan nasional ini.
Pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan juga tidak luput dari masalah degradasi dan deplesi lingkungan yang signifikan. Di sisi lain, muncul pula pertanyaan apakah masyarakat sekitar memiliki akses yang memadai agar menunjang ibu kota negara baru tersebut nantinya.
Pemindahan Ibu Kota Negara: Paradigma Pembangunan Berkelanjutan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang selama ini terlontar mengenai kebijakan pemerintah dalam memindahkan ibu kota Indonesia. Namun lebih jauh, buku ini juga memaparkan posibilitas pembangunan kota berkelanjutan yang ramah lingkungan dan merangsang peran aktif masyarakatnya. Mengingat saat ini wacana pemindahan ibu kota negara masih dalam tahap perencanaan, penting bagi kita untuk memperkaya pengetahuan serta memastikan bahwa jalannya pembangunan dan penyelenggaraan ibu kota di masa mendatang tidak akan mengabaikan dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi sehingga mampu memenuhi kebutuhan generasi mendatang secara simultan.
Pemindahan Ibu Kota Negara: Paradigma Pembangunan Berkelanjutan
Penulis: Dr. K.P. Suharyono Soemarwoto Hadiningrat, M.M
Ukuran: 15 x 23 cm
Tebal: 344 halaman
Rencana terbit: Oktober 2022