Judul: KEKERASAN LINGUISTIK: BAGAIMANA BAHASA MENGELIMINASI KELOMPOK MINORITAS
Penulis: Fariz Alnizar
Ukuran: 14 x 21 cm
Halaman: 280 halaman
Dengan menggunakan analisis wacana kritis dalam meneroka teks beserta konteks sosial yang meliputinya, buku ini menyintesiskan dua pendekatan yang selama ini digunakan untuk mengkaji fatwa. Pertama, pendekatan yang melihat fatwa sebagai instrumen politik, dan kedua, pendekatan religious essentialism yang memandang fatwa sebagai produk agama yang harus dihormati. Dengan kajian linguistik yang mendalam, buku ini menawarkan cara pandang baru dalam mengkaji fatwa, yakni memadukan analisis teks dan konteks. Pendekatan ini mengawinkan dua sudut pandang dan pendekatan studi yang digunakan untuk mengkaji fatwa selama ini.
“Memahami kekerasan bukan hanya sebagai hal yang fisik, tetapi juga secara psikologis, Dr. Fariz menggunakan pendekatan kekerasan bahasa (kekerasan linguistik) untuk menganalisis peran fatwa yang dikeluarkan oleh MUI. Melalui perspektif ini, ia mengelakkan pertanyaan yang belum terjawab mengenai hubungan kausal secara langsung antara fatwa dan kekerasan fisik dan sebagai gantinya menunjukkan bagaimana fatwa dapat menyuburkan sesuatu yang kemudian tumbuh menjadi kekerasan fisik (physical violence). Sudut pandang yang segar ini tidak hanya akan membantu akademisi, tetapi juga intelektual dan masyarakat luas yang tertarik untuk menempatkan fatwa dalam lingkup komunikasi agama-politik yang kompleks.”
Dr. Saskia Schäfer, Senior Researcher Humboldt-Universität zu Berlin
“Buku ini mengulas dengan sangat baik dan detail tentang struktur bahasa yang dipakai dalam fatwa MUI tahun 1980 tentang Ahmadiyah Qadiyan dan fatwa MUI tahun 2005 tentang Aliran Ahmadiyah. Penulis buku ini berkesimpulan tentang adanya dua kekerasan linguistik dalam fatwa tersebut, yaitu yang berbentuk halus (subtle form) dan kasar (abusive form). Kekerasan linguistik inilah yang berperan besar dalam menyulut emosi dan mendorong terjadinya kekerasan fisik. Saya senang atas terbitnya buku yang sangat penting ini. Saya juga menganjurkan masyarakat akademik di Indonesia untuk membacanya agar mendapat insights penting terkait agama, cultural violence, dan politik bahasa.”
Prof. Dr. Ahmad Najib Burhani, M.A., Profesor Riset di Badan Riset dan Inovasi
Nasional (BRIN) dan Senior Visiting Fellow di ISEAS – Yusof Ishak Institute Singapura
“Sebuah analisis yang sangat detail tentang bagaimana kekerasan agama menusuk ke penggunaan pilihan diksi dan narasi melalui kajian ilmiah, namun tetap ringan dan renyah oleh intelektual muda NU yang sedang naik daun, Fariz Alnizar. Buku ini, karena itu, sangat penting dan menjangkau segala umur hingga Gen X dan Z guna membangun kesadaran baru tentang kesetaraan dan kemanusiaan.”
Dr. Ahmad Suaedy, M.Hum., Dekan Fakultas Islam Nusantara,
Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta