Segera Terbit: KAWASAN DAMAI DAN BEBAS SENJATA NUKLIR Pengertian, Sejarah, dan Perkembangannya

Judul : KAWASAN DAMAI DAN BEBAS SENJATA NUKLIR Pengertian, Sejarah, dan Perkembangannya

Penulis : Dian Wirengjurit

Ukuran : 15×23 cm

Tebal : 512 halaman

 

SINOPSIS:

Kesadaran akan bahaya senjata nuklir dan segala akibatnya telah muncul, bahkan sebelum senjata pemusnah massal ini digunakan di Nagasaki dan Hiroshima pada 1945. Albert Einstein dan Leo Szilard, yang kali pertama menyarankan untuk mengembangkan senjata nuklir untuk menghadapi Jepang, justru kemudian mengingatkan bahaya dan dampaknya terhadap umat manusia. Ironisnya, dalam masa Perang Dingin, yang terjadi adalah perlombaan senjata nuklir secara besar-besaran di antara negara-negara adidaya, khususnya AS dan Uni Soviet (Rusia).

Gagasan pembentukan Kawasan Damai dan Bebas Senjata Nuklir (KD/KBSN) ini muncul sebagai wujud kekhawatiran negara-negara non-senjata nuklir terhadap kemungkinan pecahnya perang nuklir dan keinginan untuk menciptakan suatu kawasan yang aman dan damai. Berakhirnya Perang Dingin memang membuka peluang ke arah ini. Namun, dunia kini justru memasuki masa pasca-Perang Dingin Baru. Dinamika geopolitik global menunjukkan bahwa gagasan pembentukan KD/KBSN ini masih tetap relevan dan memberikan sumbangan sangat penting terhadap upaya menciptakan dunia yang aman, damai, dan stabil.

 

“Di tengah langkanya karya semacam ini, buku ini bukan hanya dapat mengisi kebutuhan mengenai analisis isu-isu pengawasan dan perlucutan senjata, melainkan juga dapat menggugah mereka yang berminat untuk mendalaminya.”

Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M, (Alm.)

“Buku ini sangat baik sebagai referensi dalam isu-isu pengawasan dan perlucutan senjata, yang hingga kini masih belum begitu berkembang di Indonesia.”

Prof. Dr. Hasjim Djalal, M.A.

“Hingga saat ini masih sangat jarang ditemui buku yang ditulis dengan mengombinasikan kemampuan akademik dan pengalaman diplomatik sekaligus, apalagi mengenai isu sepenting pengawasan dan perlucutan senjata. Sudah selayaknya buku ini dibaca oleh peminat isu-isu tersebut.”

Prof. Dr. Boer Mauna (Alm.)