Judul Buku : Korea dalam Kemelut Ideologi 1919-1950
Penulis : Afriadi
Ukuran : 14cm x 21 cm
Tebal : 176 hlm
Buku ini merupakan tesis penulis yang telah ditulis di Program Studi Magister Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, di bawah bimbingan Dr. R. Tuty Nur Mutia Encoh Muas, S.S, M.Hum. Secara kebahasaan maupun substansi, naskah ini telah diubah dan disesuaikan untuk keperluan penerbitan.
Buku ini mengangkat gerakan kemerdekaan Korea sebagai topik pembahasan utama, dengan fokus pada kemelut ideologi yang terjadi di antara faksi-faksi pejuang kemerdekaan di Korea. Semenjak 1919, gerakan kemerdekaan yang berusaha memerdekakan Korea dari penjajahan Jepang terus bermunculan dan masif. Gerakan-gerakan tersebut berusaha direpresi oleh pemerintahan Jepang kala itu melalui berbagai upaya. Akibatnya, pejuang-pejuang kemerdekaan Korea banyak melarikan diri ke luar negeri. Beberapa di antaranya sampai ke Tiongkok, Vladivostok, Amerika Serikat, dan berbagai wilayah lain.
Di tempat baru, semangat menggelorakan kemerdekaan Korea terus berlanjut. Gerakan-gerakan sporadis terjadi dan mengakibatkan munculnya banyak organisasi kemerdekaan. Penulis melihat, setidaknya ada dua organisasi besar yang berpengaruh terhadap jalannya gerakan kemerdekaan Korea hingga Jepang mundur. Kedua organisasi atau institusi politik itu adalah Pemerintahan Provisional Korea dan Partai Komunis Korea. Kedua organisasi ini sama-sama melakukan gerakan kemerdekaan, tetapi dilandasi oleh ideologi yang berbeda.
Perbedaan ideologi yang mendasar ini membuat kedua kelompok merasa memiliki hak atas tanah Korea setelah merdeka. Pada 1948, kedua kelompok itu tidak mencapai titik temu dan membuat pemerintahan masing-masing. Inilah cikal bakal terbentuknya dua negara-bangsa di satu Semenanjung Korea. Friksi antara kedua kelompok ini kemudian memunculkan Perang Korea.
Buku ini berusaha menggali lebih dalam penyebab friksi yang terjadi di antara kedua kubu dengan menelusuri sumbangsih kedua pihak dalam gerakan kemerdekaan Korea. Studi ini sendiri menggunakan metode sejarah dengan konsep “bangsa” dari Benedict Anderson sebagai alat bantu untuk memahami peristiwa sejarah yang ada.
Selain itu, buku ini juga mengelaborasikan sumber-sumber Korea Utara yang tidak banyak digunakan selama ini oleh sejarawan Korea Selatan maupun pemerhati sejarah Korea pada umumnya. Hal ini juga yang menjadikan buku ini lebih unik dibandingkan kajian-kajian mengenai Perang Korea lain.