Judul : Calon Tunggal, Dari Solusi Jadi Masalah
Penulis : Martinus Danang Pratama Wicaksana
Ukuran : 14 x 21
Halaman : 75 halaman
Jumlah calon tunggal menunjukkan tren peningkatan dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada). Meski tidak melanggar hukum, fenomena calon tunggal ini dikhawatirkan bisa merusak keseimbangan mekanisme pengawasan dan keseimbangan daerah. Kemunculan calon tunggal dalam pilkada ini sebagian besar
disebabkan adanya petahana yang ”memborong” kursi DPRD setempat sehingga tidak membuka peluang bagi munculnya pasangan calon alternatif. Alhasil, pilkada dengan calon tunggal tetap menjamur. Putusan MK mengenai pilkada dengan calon tunggal yang semula dijadikan sebagai solusi pada akhirnya justru dimanfaatkan petahana untuk mengamankan kursi. Kondisi ini kemudian menimbulkan masalah bagi demokrasi lokal. Pasalnya, esensi dari demokrasi ialah kontestasi guna mencari calon yang terbaik untuk menjalankan amanah pemilih.