Judul Buku: Leo Wattimena Jadilah Yang Terbaik Dari Yang Terbaik
Penulis: James Luhulima
Ukuran: 15 x 23 cm
Tebal: 200 halaman
Sinopsis:
Pada 2 Oktober 1965, situasi memanas. Pasca-upaya pasukan yang dipimpin Kolonel Inf. Sarwo Edhie Wibowo selaku Komandan RPKAD untuk menguasai PAU Halim Perdanakusuma sehari sebelumnya, Men/Pangau Laksdya Udara Omar Dani berupaya mengemukakan kepada Pangkostrad Mayjen Soeharto untuk tidak mengejar pasukan G30S ke wilayah PAU Halim Perdanakusuma. Alasannya, tak ada pasukan yang terlibat G30S di wilayah tersebut. Namun, arahan itu terwujud dalam radiogram yang berisi, “Jangan masuk Halim. Kalau masuk Halim akan dihadapi.”
Adalah Leo Wattimena yang dikenal temperamental dan kalau bicara singkat dan padat, yang mengirim radiogram bernada cukup keras tersebut. Omar Dani sempat kaget ketika belakangan membaca radiogram itu.
“Kort en Bondig!” demikian Omar Dani berkomentar. Meski sadar bahwa Komodor Udara Leo Wattimena sama sekali tidak bermaksud memberikan ultimatum kepada Pangkostrad, tetapi kerusakan telanjur terjadi.
Bukan hanya sebagai sosok inspiratif yang telah menorehkan jejak gemilang di dunia pertahanan udara Indonesia, dalam biografi ini, penulis dengan cermat mengisahkan perjalanan hidup Leo Wattimena. Nama dan sosok legendaris Leo Wattimena dikenal sebagai salah satu kadet lulusan TALOA dan prajurit yang berperan dalam Operasi Pembebasan Irian Barat. Mengudara dengan P-51 Mustang, Leo tidak hanya mahir mengendalikan pesawat, tetapi juga penuh daya ledak. Sosoknya yang dipenuhi semangat menggebu tak jarang menghadapi berbagai tantangan.
Mengisahkan kisah hidup dan sudut pandang Leo Wattimena, penulis tidak hanya menghadirkan narasi terkait pentingnya integritas dan keberanian bertindak, tetapi juga refleksi pribadi dan konteks sejarah yang lebih luas terkait peristiwa-peristiwa yang melingkupi sang pilot tempur andalan AURI.