Judul Buku : Menyingkap Trauma Bangsa. Luka Sejarah Indonesia dan Jalan Menuju Pemulihan Jiwa
Penulis : Eunike Sri Tyas Suci, Hans Pols, Kamala Chandrakirana, Letjen TNI (Purn.) Agus Widjojo, Nani Nurrachman, dkk. Editor: Eunike Sri Tyas Suci, Hans Pols
Ukuran : 15cm x 23cm
Tebal : 432 hlm
Ingatan kolektif sebuah bangsa tak hanya dibangun oleh kemenangan,
tapi juga oleh luka.
Indonesia, dengan sejarah panjang penjajahan, kekerasan, bencana, dan konflik, menyimpan jejak trauma yang masih terasa hingga hari ini—baik di tubuh masyarakat maupun di relung-relung sunyi kenangan yang tak sempat diucapkan.
Disunting oleh Eunike Sri Tyas Suci dan Hans Pols, buku ini menghadirkan telaah lintas disiplin tentang trauma sejarah Indonesia—dari Peristiwa 1965, Tragedi Mei 1998, konflik antaragama dan sosial, hingga bencana alam yang mengguncang jiwa kolektif—turut menyelami bagaimana individu dan komunitas berusaha bertahan, membangun makna, dan menyembuhkan diri. Ditulis oleh para akademisi, praktisi, dan penyintas, buku ini menyatukan suara-suara yang mencoba memahami, mengurai, dan menyembuhkan luka.
Menyingkap Trauma Bangsa: Luka Sejarah Indonesia dan Jalan Menuju Pemulihan Jiwa tidak hanya menyuguhkan narasi peristiwa, tetapi juga menjelajahi dimensi psikologis, sosial, dan budaya dari trauma. Ia mempertanyakan bagaimana bangsa ini mengenang, melupakan, dan memaknai luka—serta bagaimana kita bisa membangun kembali kemanusiaan setelah kehancuran.
Dengan pendekatan yang kuat secara ilmiah tetapi menyentuh secara manusiawi, buku ini menegaskan bahwa trauma bukan hanya masalah psikologis, melainkan juga persoalan historis, politis, dan kultural.
Bagaimana bangsa ini mengingat dan melupakan?
Siapa yang diberi suara, dan siapa yang diabaikan?
Dan bagaimana kita, sebagai bangsa, bisa menata jiwa setelah tubuh sosial kita tercabik berkali-kali?
Lebih dari sekadar buku sejarah atau psikologi, Menyingkap Trauma Bangsa: Luka Sejarah Indonesia dan Jalan Menuju Pemulihan Jiwa adalah sebuah panggilan: untuk mendengar luka, mengakui kehilangan, dan memulai proses pemulihan yang berkeadilan dan bermakna—demi masa depan yang lebih utuh, lebih sadar, dan lebih manusiawi.