Judul Buku : Hari-Hari di Bloomsbury. Petualangan #studentjournalist di London, Inggris
Penulis : Denty Piawai Nastitie
Ukuran : 14 cm x 21 cm
Tebal : 270 halaman
Selama 1,5 tahun saya merasakan kehidupan sebagai mahasiswa di kota yang terkenal sebagai pusat sejarah, budaya, ekonomi, sastra, teater, musik, arsitektur, dan kuliner. Saya beruntung, pengalaman kuliah ini bukan sekadar perjalanan akademik, melainkan juga pengalaman personal dan profesional. Sebagai #studentjournalist, saya menjadi saksi sejumlah peristiwa penting dunia, seperti Platinum Jubilee Ratu Elizabeth II, mundurnya PM Inggris Boris Johnson setelah skandal “partygate” Covid-19, dan jabatan singkat Liz Truss (ia sempat disamakan dengan sayuran lettuce).
Di negara empat musim ini, saya menjadi bagian dari warga Eropa yang mengalami resesi ekonomi terburuk dalam 300 tahun, merasakan summer terpanas sepanjang sejarah Inggris, dan mengantongi pengalaman pertama memegang butiran salju. Berkat kuliah di London, saya juga punya kesempatan meliput wafatnya Ratu Elizabeth II dan menjadi satu-satunya jurnalis asal Indonesia yang mendapatkan akreditasi liputan di Westminster Hall. Selama prosesi pemakaman Ratu Elizabeth II, saya menulis, memotret, dan menjadi reporter untuk televisi. Seru? Tentu saja!
Namun, hidup di kota terbaik di dunia tak selamanya indah. Gemerlap London kontras dengan pengalaman hidup yang dirasakan penghuninya. Tantangan terberat tentu saja ketika menghadapi krisis energi dan dampak perang Rusia-Ukraina yang membuat harga listrik dan sembako naik gila-gilaan. Selain itu, banyak orang enggak tahu bahwa saya nyaris menjadi gelandangan. Stres, bingung, sedih, dan takut jadi makanan sehari-hari. Lalu, bagaimana saya menyiasati tingginya biaya hidup di London? Serta, apa saja yang saya lakukan untuk mengatasi gangguan kesehatan mental selama kuliah?