Segera Terbit: LAKSAMANA III ATMADJI Pemimpin Marine Keamanan Rakyat, Pendiri Tentara Laut Republik Indonesia, dan Pucuk Pimpinan ALRI 1947 yang Dilupakan

Judul : LAKSAMANA III ATMADJI Pemimpin Marine Keamanan Rakyat, Pendiri Tentara Laut Republik Indonesia, dan Pucuk Pimpinan ALRI 1947 yang Dilupakan

Ukuran: 15 x 23 cm

Tebal : 464 halaman

SINOPSIS:

Perkenalkan, namanya Atmadji. Sosok dengan pangkat terakhir Laksamana III ini pernah hidup di Indonesia dan menjalani peran serta takdir pada masa hidupnya. Ia kemudian dilupakan atau lebih tepatnya berusaha dilupakan dan memori tentangnya dihapuskan dari sejarah resmi kita.

Dalam kenyataannya, namanya selalu muncul ketika membaca historiografi Pertempuran Surabaya 1945 yang menjadi legenda itu. Namanya disebut setiap kali orang menulis tentang MKR (Marine Keamanan Rakyat), TKR Laut, dan setiap kali orang membicarakan tentang TLRI (Tentara Laut Republik Indonesia). Namanya tercatat di dokumen sejarah sebagai salah satu anggota delegasi para pemimpin revolusi Surabaya dalam perundingan dengan Brigadir Mallaby dan Jenderal Hawtorn di Surabaya pada akhir Oktober 1945.

Nama Atmadji juga selalu muncul dalam setiap historiografi sejarah Angkatan Laut Republik Indonesia. Namun, alih-alih diingat sebagai seorang tokoh besar, ia muncul dengan stigma sebagai seorang keras kepala, susah diatur, mau menang sendiri, ambisius, dan akhirnya jatuh terjerembab karena kesalahannya sendiri.

Buku ini ditulis berdasarkan riset yang cukup komprehensif untuk mengingat kembali sosok yang sudah dilupakan ini. Bukan mengingatnya sebagai malaikat tanpa dosa, melainkan sebagai manusia biasa yang memiliki kelebihan sekaligus kekurangan. Pembaca akan diajak untuk bersama-sama melacak masa kecilnya, mengulik masa mudanya yang diabdikan untuk perjuangan meraih kemerdekaan yang berujung pada siksaan Kenpeitai Jepang, masa-masa cemerlang kariernya dalam membangun Angkatan Laut Republik Indonesia, sampai kemudian menemui ajal karena pilihan hidupnya dalam Perang Saudara Madiun 1948.

Alih-alih melupakan, generasi baru Indonesia perlu mengingatnya dan belajar dari sejarah hidup sosok ini. Untuk kehidupan yang lebih baik di kemudian hari, untuk Indonesia yang semakin dewasa dan bijaksana di masa depan. Histories make us wise.